Melihat Diri Sendiri

Ketika berada di program doktoral di Amerika, saya pernah mengurus izin untuk menjadi teaching assistant (TA). Bagi foreign student tentu hal ini tidak mudah. Mereka ingin mendapatkan yang terbaik. Maklum, di kampus ada banyak orang pintar, tapi sedikit sekali yang bisa mengungkapkan pikirannya dengan sistematis, jelas, persuasif, dan mengundang selera. Tambahan pula, mahasiswa sangat demanding 9banyak permintaannya). Pengajar asal Asia yang faktanya pintar-pintar, masih sering menerima komplain. Mahasiswa undergrad sering mengatakan," I don't understand your English."

Di lain pihak, minat untuk menjadi TA begitu besar. Maklum, selain bisa banyak belajar, gaji dan tunjangannya lumayan untuk menyambung hidup. Di samping itu, bebas uang kuliah. Tempaan terbesar bagi seorang kandidat doktor sebenarnya bukan di dalam kelas, tetapi bagaimana mengelola hidupnya agar tahan banting sampai semuanya selesai. Maka wajar kalau posisi TA selalu menjadi rebutan, dan yang sudah menggenggamnya masih harus berupaya keras mempertahankannya.

Seperti kandidat TA lainnya, saya harus mendapatkan lisensi. Artinya harus mengikuti serangkaian proses seleksi. Mulanya tes di lab. Di situ saja kesulitan sudah terasa. Kami diminta menjelaskan arti pohon, telepon, mobil dan sebagainya. Tak pernah terbayangkan oleh saya bagaimana menjelaskan benda-benda itu secara kreatif. Paling-paling kami hanya bisa mengatakan, pohon adalah tanaman yang ada daunnya, telpon adalah alat telekomunikasi, dan mobil untuk transportasi. Padahal setiap benda itu harus dijelaskan panjang lebar.

Di rumah, saya memperhatikan anak saya membuat karangan yang ditugaskan oleh gurunya di sekolah dasar. Saya sungguh terkejut karena ia bisa menjelaskan konsep benda-benda itu secara panjang lebar. Sementara saya adalah produk dari sebuah pendidikan hafalan, miskin dengan cerita, miskin dengan kemampuan mengungkapkan gagasan. Sejak itulah saya belajar, bahwa mengajar bukan cuma membuat definisi, tetapi membuat dunia ini lebih kaya dengan makna.

Meski dengan susah payah, toh akhirnya saya akhirnya lewat juga. Tetapi karena nilainya pas-passan harus melakukan appeal. Artinya minta diuji tim yang lebih besar. Pengujinya lima orang. Empat diantaranya adalah guru besar dari berbagai disiplin ilmu. Saya diminta mengajar lima belas menit, menjelaskan suatu konsep. Mereka minta diberlakukan sebagai mahasiswa. Alamak. Inikan seperti ujian disertasi saja. Muka mereka serius dan mereka pura-pura tidak mengerti apa yang kita sampaikan. Puji Tuhan akhirnya lewat juga. Mereka memberi selamat, dan sejak itu saya mulai menjadi TA.

Mengapa saya bisa selamat? Apakah karena sebelumnya saya sudah berpengalaman sebagai dosen? Dengan jujur harus saya jawab tidak.
Beberapa bulan sebelum peraturan untuk mendapatkan lisensi sebagai TA keluar saya pergi ke English Building, mencari guru. Beruntung ada seorang guru muda, wanita yang cantik dan baik hati. Di sana ia mengajar English for Teaching Assistant. Ia memberi saya beberapa buah buku, dan seminggu tiga kali ia meluangkan waktu untuk melatih saya. Ia menunjukkan betapa sulitnya foreign student mengatasi masalah itu. Saya diajak melihat bagaimana mahasiswa dari Cina, Taiwan, Korea dan Jepang bekerja keras melatih dirinya. Bahkan berbicara saja mereka masih sulit. Di tangannya selalu tergenggam kamus yang berisi huruf kanji.

Pelajaran paling berharga datang ketika ia membawa camcorder. Ia merekam seluruh isi presentasi saya, termasuk bahasa tubuh saya. Itulah kesempatan yang baik untuk melihat diri sendiri. Rekaman itu saya putar berulang-ulang. Guru saya memberi tahu bagian mana yang harus diperbaiki, dan saya mencoba menghayatinya. Kami memolesnya, bukan cuma sistematika dan logika, tetapi juga tone suara, speed, dan tentu saja bahasa tubuh, termasuk gerakan tangan, leher, dan pancaran mata. Melihat diri sendiri adalah alat yang sangat baik untuk memoles diri. Daripada menggunakan cermin, lebih baik merekamnya, cari guru yang mau mendengarkan dan memoles, lalu perbaiki perlahan-lahan. Kelak presentasi saudara akan jauh lebih baik dari hari ini.





Artikel Terkait:

0 comments:

Tips Menghindari Penipuan Berkedok Asuransi

Pemilik (Cadangan) Emas Terbesar Dunia, Indonesia Di nomor 37

Mengintip Tips Perjalanan Para Eksekutif Bisnis

Blue Ocean Strategy

Tips Membeli Emas Batangan, Emas Perhiasan & Emas Putih

Sales People: Amatir VS Professional

7 Kesalahan Terbesar dalam Marketing

Keterampilan Dasar Sales: Sudahkah Anda Miliki?

10 Konsep Marketing untuk Usaha Kecil

Peluang Usaha di Tahun 2010 yang Bakal Exis

8 Point Sederhana untuk Merebut Peluang Bisnis

9 Langkah Sukses Entrepreneur

10 Cara Efektif Mengurangi Hutang-Hutang Anda

Wanita-Wanita Berpengaruh dalam Bisnis

Kiat Sukses Usaha Waralaba

Bagaimana Mendanai Usaha?

Mengapa Hanya Sedikit Orang yang Sukses ?

Investasi di Bisnis Online, Kenapa Tidak?

Tak Takut Kaya, Tak Takut Miskin

Membuat Pelanggan Senang Berbelanja di Toko Anda

Tips Meningkatkan Pendapatan Adsense

Kunci Menuju Great Customer Service

Menciptakan Service Excellence Untuk Layanan Online

4 Kunci Utama dalam Melayani Pelanggan

Mengenali Faktor-faktor Kepuasan Pelanggan

Cara Memasarkan Produk Bisnis Online

Tips Bisnis Online Pemula :)

Tips Memulai Usaha Makanan

Tips Membangun Bisnis Cafe

Karakteristik Pengusaha Sukses

7 Tips Menjalankan Peluang Usaha Rumahan

Sukses Mengelola Wirausaha/Bisnis Online

Tips Cerdas dan Aman Memilih Asuransi

Tips Ampuh Menghapus Hutang Kartu Kredit

Tips Cerdas Menjadi Seorang Jutawan

5 Aspek Kesuksesan

5 Hukum Investasi Sepanjang Masa

Usaha Dengan Modal di Bawah 1 Juta

Pilih Investasi yang Menguntungkan

Inilah Siklus Karir Anda

4 Modal Menjadi Entrepreneur (Ternyata Bukan Uang)

Bagaimana Menjadi Komunikasi Yang Handal

Bodoh VS Pintar ala Bob Sadino

Contoh Usaha Mandiri

Apakah Mimpi Anda di Dalam Hidupmu?

How To Start a Business

Pilih Cara Mana Menerjuni Dunia Bisnis?

Memulai Usaha Sendiri

Cara Mem-Franchise-kan Usaha Anda