Sumber Pakan Melimpah, Usaha Sarang Burung Walet Bergairah
Masih luasnya hamparan areal sawah dan hutan di Tabanan, berpengaruh terhadap ketersediaan pakan burung walet. Sumber pakan yang masih melimpah, membuat usaha budidaya burung walet bergairah. Harga sarang burung walet pun cukup merangsang antara Rp 14 juta sampai Rp 15 juta per kg.
Gusti Ngurah Gede Suputra, salah seorang peternak burung wallet, di Banjar Beng Kelod, Tunjuk, Tabanan mengatakan, di Tabanan usaha ini belum menemui hambatan berarti seperti yang dialami di daerah lainnya. ‘’Kami di Tabanan bersyukur karena sampai saat ini belum ada masalah mendasar. Sumber pakan burung walet masih cukup tersedia. Makanan yang cukup membuat walet masih betah tinggal di rumah walet,’’ ujarnya ditemui, Selasa (4/1) kemarin.
Peternakan ayam dan babi, kata dia, juga ikut mendukung usaha budi daya burung yang satu ini. Kedua jenis peternakan ini mengundang banyak serangga kecil yang beterbangan. Serangga-serangga beterbangan ini merupakan pakan burung walet.
Hal senada diungkapkan peternak burung walet lainnya. Tabanan sebagai daerah agraris, berpotensi untuk pengembangan usaha budi daya walet. Dengan pemeliharaan burung walet, masyarakat (petani) akan sangat terbantu. ‘’Serangga pengganggu tanaman petani akan dimangsa oleh burung walet, sehingga frekuensi serangan bisa ditekan,’’ ujarnya.
Tak mahal
Suputra mengaku, tidak benar ada kesan kalau beternak burung walet itu mahal. Mahal tidaknya modal yang diperlukan tergantung dari volume pembudidayaan burung walet. ‘’Kalau mau mulai dengan rumah ukuran kecil, saya kira modal Rp 20 juta sudah cukup. Lain masalahnya, kalau ingin buat rumah walet yang besar, modal yang diperlukan juga besar,’’ imbuhnya.
Bisnis ini, kata dia, sangat variatif. Dalam artian, bisa dijual sarangnya, fisik dan telurnya. Hanya saja kegiatan panen tergantung selera peternak itu sendiri.
Tipe panen, kata dia, secara umum ada tiga jenis yakni, panen tetas, buang telur dan rampasan. Panen tetas telur di antara tipe yang ada sangat bagus demi regenerasi burung itu sendiri. Sementara untuk panen buang telur dilakukan pada saat musim kemarau, saat burung agak kesulitan mencari pakan, sedangkan panen rampasan sering dilakukan peternak ketika awal musim hujan.
Disinggung harga masing-masing komoditas burung walet, ia mengaku tergantung mekanisme pasar. Untuk telur burung walet misalnya, dijual pada kisaran antara Rp 10.000 sampai Rp 26.000 per pasang. Sementara untuk piyik (bayi walet), dijual sedikit lebih mahal dari telur yakni pada kisaran antara Rp 27.000 sampai Rp 29.000 per pasang. Sarang burung walet saat ini masih pada kisaran antara Rp 14.000.000 sampai Rp 15.000.000 per kg. Untuk satu kilogram dibutuhkan antara 100 sampai 120 biji sarang burung walet.
Gusti Ngurah Gede Suputra, salah seorang peternak burung wallet, di Banjar Beng Kelod, Tunjuk, Tabanan mengatakan, di Tabanan usaha ini belum menemui hambatan berarti seperti yang dialami di daerah lainnya. ‘’Kami di Tabanan bersyukur karena sampai saat ini belum ada masalah mendasar. Sumber pakan burung walet masih cukup tersedia. Makanan yang cukup membuat walet masih betah tinggal di rumah walet,’’ ujarnya ditemui, Selasa (4/1) kemarin.
Peternakan ayam dan babi, kata dia, juga ikut mendukung usaha budi daya burung yang satu ini. Kedua jenis peternakan ini mengundang banyak serangga kecil yang beterbangan. Serangga-serangga beterbangan ini merupakan pakan burung walet.
Hal senada diungkapkan peternak burung walet lainnya. Tabanan sebagai daerah agraris, berpotensi untuk pengembangan usaha budi daya walet. Dengan pemeliharaan burung walet, masyarakat (petani) akan sangat terbantu. ‘’Serangga pengganggu tanaman petani akan dimangsa oleh burung walet, sehingga frekuensi serangan bisa ditekan,’’ ujarnya.
Tak mahal
Suputra mengaku, tidak benar ada kesan kalau beternak burung walet itu mahal. Mahal tidaknya modal yang diperlukan tergantung dari volume pembudidayaan burung walet. ‘’Kalau mau mulai dengan rumah ukuran kecil, saya kira modal Rp 20 juta sudah cukup. Lain masalahnya, kalau ingin buat rumah walet yang besar, modal yang diperlukan juga besar,’’ imbuhnya.
Bisnis ini, kata dia, sangat variatif. Dalam artian, bisa dijual sarangnya, fisik dan telurnya. Hanya saja kegiatan panen tergantung selera peternak itu sendiri.
Tipe panen, kata dia, secara umum ada tiga jenis yakni, panen tetas, buang telur dan rampasan. Panen tetas telur di antara tipe yang ada sangat bagus demi regenerasi burung itu sendiri. Sementara untuk panen buang telur dilakukan pada saat musim kemarau, saat burung agak kesulitan mencari pakan, sedangkan panen rampasan sering dilakukan peternak ketika awal musim hujan.
Disinggung harga masing-masing komoditas burung walet, ia mengaku tergantung mekanisme pasar. Untuk telur burung walet misalnya, dijual pada kisaran antara Rp 10.000 sampai Rp 26.000 per pasang. Sementara untuk piyik (bayi walet), dijual sedikit lebih mahal dari telur yakni pada kisaran antara Rp 27.000 sampai Rp 29.000 per pasang. Sarang burung walet saat ini masih pada kisaran antara Rp 14.000.000 sampai Rp 15.000.000 per kg. Untuk satu kilogram dibutuhkan antara 100 sampai 120 biji sarang burung walet.
0 comments:
Post a Comment