Sono, Pencuci Piring Jadi Juragan RM Padang

Himpitan ekonomi terkadang memaksa orang keluar dari kampung
asalnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Banyak orang desa merantau
ke kota besar, sekadar untuk mengais sejumput rejeki.

Tak sedikit pula perantau yang menuai cerita sukses di tempat perantauan.
Salah satunya adalah Sono. Pria kelahiran Nganjuk, 46 tahun yang lalu ini,
merasakan bagaimana susahnya hidup di perantauan hingga menuai kesuksesan
seperti yang dialaminya sekarang ini.

Kini Sono dikenal sebagai bos dari empat rumah makan padang di sekitar
Melawai dan Senayan, dengan omzet per hari sekitar Rp 7 juta. Dengan
prestasinya itu, walau hanya lulusan SD, Sono mendapat penghargaan dari
Danamon Simpan Pinjam (DSP) sebagai salah satu nasabah yang terus tumbuh
omzetnya.

Keluarga sono di Nganjuk merupakan keluarga petani. Tak seperti kakak dan
adiknya, anak keempat dari enam bersaudara ini sewaktu muda sudah memutuskan
untuk keluar dari desanya demi memperbaiki ekonomi keluarganya. "Dari enam
kakak beradik, hanya saya yang memutuskan keluar kampung, yang lainnya masih
di desa bekerja sebagai petani," ujarnya.

Ketika memutuskan merantau ke Jakarta tahun 1980-an, usia sono baru 25 tahun.
"Kebetulan ada teman yang mengajak, saya antusias saja. Untuk modal ke
Jakarta saya cari uang dengan berjualan daun jagung lima pikul," kenangnya.

Dari penjualan tersebut, Sono memperoleh Rp 5.000. "Rp 4.500 saya pakai
untuk beli tiket, sementara sisanya buat bertahan hidup di Jakarta,"
tuturnya.

Sesampainya di Jakarta, kenyataan yang dihadapinya berbeda dengan yang ada
di angan-angan sono. "Saya sempat menganggur dan luntang-lantung di Blok M,"
kenangnya.

Untungnya, ada seorang ibu asal Betawi yang berbaik hati memberikan
pekerjaan sebagai penjaga mobil. "Dari situ akhirnya saya dapat kerjaan
sebagai tukang cuci piring di rumah makan padang dengan gaji Rp 35.000
sebulan," tuturnya.

Di rumah makan padang itu, sono belajar sedikit demi sedikit cara mengelola
rumah makan. Tak hanya itu, di tempat itu pula sono bertemu tambatan
hatinya, Yatmi, yang juga berasal dari Nganjuk.

Yatmi bekerja sebagai tukang bumbu. Mereka pun memutuskan menikah tahun
1986. Berbekal keterampilan Yatmi mengolah bumbu, mereka berdua kemudian
memberanikan diri membuka sebuah rumah makan padang sendiri di daerah Kramat
Jati pada 1990. "Modalnya Rp 20 juta dari hasil tabungan saya," ujar sono.
Dewi fortuna belum berpihak ke Sono.

Lantaran mempercayakan usahanya ke keponakan yang belum berpengalaman, tak
sampai setahun, usaha rumah makan padang Sono bangkrut. Sono dan Yatmi pun
memutuskan pulang kampung ke Nganjuk selama enam bulan. Di sana juga, putra
pertama mereka lahir.

Tak kuat menganggur, Sono dan Yatmi balik lagi ke Jakarta, bekerja sebagai
buruh cuci dan buruh masak di rumah makan padang yang baru. "Waktu itu, gaji
saya Rp 7.500 per hari, sementara istri dua kali lipatnya," kenang sono.

Tak Patah Arang
Keinginan untuk mengubah nasib mendorong Sono dan istrinya kembali datang ke
Jakarta. Dengan modal pinjaman, Sono mengawali kebangkitannya dengan
mengakuisisi usaha mie ayam milik sang teman.

Setelah pulang kampung ke Nganjuk, Jawa Timur, karena usaha rumah makan
padangnya bangkrut, Sono dan istri kembali datang ke Jakarta. Di ibukota, ia
kembali meniti hidup sebagai buruh cuci dan buruh masak di sebuah rumah
makan padang di kawasan Blok M. Setelah tujuh tahun mereka melakoni profesi
itu, pada 1999, kesempatan untuk mengubah nasib itu akhirnya datang juga.

Waktu itu, Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Salah satu teman Sono,
yang berjualan mie ayam di kawasan Melawai, bangkrut. Sang teman lalu
menawarkan dua gerobak, peralatan pembuatan mie ayam, bangku buat duduk
pembeli, serta semua mangkuk dan sumpit kepada Sono.

Semuanya dihargai Rp 700.000. Sono langsung menyambar kesempatan ini. Karena
tabungannya hanya Rp 300.000, ia lalu berutang. Setelah proses akuisisi
selesai, muncul persoalan berikutnya: ia tak mempunyai modal untuk memulai
bisnis mie ayam.

Yatmi, sang istri, tak kehilangan akal. Dengan modal Rp 50.000, ia membeli
jagung, kacang, ubi dan pisang yang kemudian ia olah menjadi aneka makanan.
Selama tiga hari, sang istri nyambi berjualan makanan sembari menjalani
rutinitas sebagai buruh masak. Hasilnya, uang Rp 50.000 itu berbiak menjadi
Rp 150.000.

Dari duit inilah mereka mulai berjualan mie ayam. "Saya sampai ingat
harinya. Tanggal 23 bulan 10 tahun 99," ujar bapak tiga anak ini penuh haru.
Ternyata, dagangan Sono laku keras. Bumbu mie ayam buatan Yatmi benar-benar
cocok dengan selera para pekerja di sekitar Melawai. "Jualan pertama, omzet
saya hanya Rp 73.000 per hari. Lama kelamaan naik jadi Rp 200.000 per hari,"
ujarnya.

Dari hasil jualan mie ayam, Yatmi dan Sono mengembangkan bisnis baru. Mereka
lalu bisnis nasi gulai dan lagi-lagi laku keras. Setelah gulai, mereka mulai
menambah menu masakan padang. "Mulanya hanya sepotong-sepotong, lama-lama
banyak juga," ujar Sono. Dengan tambahan nasi gulai dan nasi padang, omzet
Sono naik jadi Rp 500.000 per hari. Keadaan ini berlangsung sampai setahun
kemudian.

Pada 2000, semua pedagang kaki lima di kawasan Blok M, terutama di sekitar
Melawai, diharuskan membeli kios. Waktu itu harga kios Rp 21,160 juta.
Karena tabungannya hanya Rp 1 juta saja, Sono mengajukan pinjaman ke PD
Pasar Jaya.

Tahun itu pula, Sono melepas bisnis mie ayam dan nasi gulainya. Ia fokus
berjualan nasi padang di Melawai, Blok M. Mereka menamai usahanya Rumah
Makan Padang Pak Son. "Omzetnya waktu itu sekitar Rp 2 juta per hari.
Sehingga, pada 2003, semua utang ke PD Pasar Jaya dan ke koperasi lunas,"
kenang bapak 46 tahun berbadan gempal ini. Dalam kurun waktu tersebut, Sono
juga meminjam modal dari Danamon Simpan Pinjam Rp 25 juta. Sampai akhir
2004, Sono dan istrinya bisa membuka cabang nasi padang di Melawai Plaza.
Waktu itu, untuk menyewa tempat, Sono butuh Rp 2 juta per bulan.

*Kiosnya terbakar

*Namun, malang bagi Sono, pada 2005 kebakaran hebat melanda Blok M. Tak
terkecuali kiosnya yang ikut terbakar. Akibat kejadian itu, Sono dan istri
pun harus rela berjualan di lapak penampungan hingga tahun 2008. Meski
begitu, justru sejak itulah usahanya terus meningkat. Sebab, ketika banyak
pedagang kaki lima memprotes pembangunan pusat perbelanjaan modern Blok M
Square, Sono justru menuai berkah dari pembangunan mal tersebut. Lantaran,
banyak pekerja proyek mal tersebut menjadi pelanggan di rumah makan padang
miliknya.

Akibatnya, omzet penjualannya meningkat menjadi sekitar Rp 5 juta per hari.
Dengan modal tersebut, Sono mengembangkan rumah makannya hingga menjadi enam
cabang. Lima rumah makan berada di sekitar Melawai, Blok M. Satu cabang lain
ada di kawasan Senayan."Untuk mengelola rumah-rumah makan itu, saya mendidik
dulu para keponakan. Karena saya tidak mau peristiwa kebangkrutan tahun 1991
terulang," ujarnya.

Sono mendatangkan seluruh karyawannya dari Nganjuk. Dengan demikian, Sono
merasa sudah memberikan kontribusi untuk mengangkat keluarganya yang
sebagian besar berprofesi sebagai petani. "Lucu juga, ya, dagangnya masakan
padang, tapi yang punya dan yang melayani jualan orang Nganjuk," ujar bapak
tiga anak ini sembari terkekeh.

Untuk menambah modal usaha serta memperbanyak kiosnya, sejak tahun 2004,
Sono sudah lima kali meminjam dari Danamon Simpan Pinjam (DSP). Terakhir, ia
mendapatkan dana sebesar Rp 200 juta yang ia gunakan untuk membeli rumah di
Radio Dalam dan mobil untuk menunjang bisnisnya. Rumah itu ia gunakan
sebagai dapur, tempat Sono dan Yatmi beserta tiga orang karyawannya mengolah
aneka lauk serta memasak satu kuintal nasi untuk kemudian disetorkan ke enam
rumah makan mereka.

Keenam rumah makan itu rata-rata memberikan omzet Rp 1 juta hingga Rp 5 juta
per hari. Sayangnya, di bulan puasa 2008, lapak-lapak penampungan Blok M
dibongkar pemda dan pengurus pasar. Kawasan Blok M Square pun ditata lebih
rapi.

Akibatnya, Sono harus rela berpindah tempat. Beruntung, Sono sudah
mempersiapkan tempat yang baru. "Sebelum pembongkaran, saya kontrak tiga los
kios di Jalan Hasanudin 26, Melawai, seharga Rp 9 juta per bulan," ujarnya.

Meski begitu, tetap saja ia harus merelakan dua lapaknya hilang. Hingga
akhirnya, rumah makannya tinggal empat saja, yakni di jalan Hasanudin, di
dekat Melawai Plaza, kawasan basket Melawai, dan terakhir di kawasan
Senayan.

Lantaran tidak ada pekerja proyek lagi, omzet rumah makan padang Sono di
jalan Hasanudin berkurang dari Rp 5 jutaan jadi Rp 4 jutaan per hari. Namun,
hal itu tidak mempengaruhi kondisi keuangan Sono. Ketiga rumah makan lainnya
masih memberikan omzet sekitar Rp 1 jutaan per hari. Total omzet Sono saat
ini mencapai Rp 7 juta per hari dengan marjin laba mencapai 30 persen.

Sukses Sono menginspirasi sang anak sulungnya untuk mandiri berwiraswasta
membuka bengkel. Tapi, Sono masih memiliki impian yang belum tercapai, yakni
mempunyai rumah makan padang besar setara rumah makan Sederhana yang khusus
melayani kelas menengah atas. "Saya sedang mencari lahannya," ujarnya.

sumber : Aprillia Ika/Kontan




Artikel Terkait:

0 comments:

Tips Menghindari Penipuan Berkedok Asuransi

Pemilik (Cadangan) Emas Terbesar Dunia, Indonesia Di nomor 37

Mengintip Tips Perjalanan Para Eksekutif Bisnis

Blue Ocean Strategy

Tips Membeli Emas Batangan, Emas Perhiasan & Emas Putih

Sales People: Amatir VS Professional

7 Kesalahan Terbesar dalam Marketing

Keterampilan Dasar Sales: Sudahkah Anda Miliki?

10 Konsep Marketing untuk Usaha Kecil

Peluang Usaha di Tahun 2010 yang Bakal Exis

8 Point Sederhana untuk Merebut Peluang Bisnis

9 Langkah Sukses Entrepreneur

10 Cara Efektif Mengurangi Hutang-Hutang Anda

Wanita-Wanita Berpengaruh dalam Bisnis

Kiat Sukses Usaha Waralaba

Bagaimana Mendanai Usaha?

Mengapa Hanya Sedikit Orang yang Sukses ?

Investasi di Bisnis Online, Kenapa Tidak?

Tak Takut Kaya, Tak Takut Miskin

Membuat Pelanggan Senang Berbelanja di Toko Anda

Tips Meningkatkan Pendapatan Adsense

Kunci Menuju Great Customer Service

Menciptakan Service Excellence Untuk Layanan Online

4 Kunci Utama dalam Melayani Pelanggan

Mengenali Faktor-faktor Kepuasan Pelanggan

Cara Memasarkan Produk Bisnis Online

Tips Bisnis Online Pemula :)

Tips Memulai Usaha Makanan

Tips Membangun Bisnis Cafe

Karakteristik Pengusaha Sukses

7 Tips Menjalankan Peluang Usaha Rumahan

Sukses Mengelola Wirausaha/Bisnis Online

Tips Cerdas dan Aman Memilih Asuransi

Tips Ampuh Menghapus Hutang Kartu Kredit

Tips Cerdas Menjadi Seorang Jutawan

5 Aspek Kesuksesan

5 Hukum Investasi Sepanjang Masa

Usaha Dengan Modal di Bawah 1 Juta

Pilih Investasi yang Menguntungkan

Inilah Siklus Karir Anda

4 Modal Menjadi Entrepreneur (Ternyata Bukan Uang)

Bagaimana Menjadi Komunikasi Yang Handal

Bodoh VS Pintar ala Bob Sadino

Contoh Usaha Mandiri

Apakah Mimpi Anda di Dalam Hidupmu?

How To Start a Business

Pilih Cara Mana Menerjuni Dunia Bisnis?

Memulai Usaha Sendiri

Cara Mem-Franchise-kan Usaha Anda